Psikotes Temukan Bakat dan Minat Anak - PSIKOMITRA UTAMA

Post Top Ad

picasion.com
Psikotes Temukan Bakat dan Minat Anak

Psikotes Temukan Bakat dan Minat Anak

Share This

Salah satu tugas perkembangan pada usia remaja adalah pencarian identitas diri, yang salah satu bentuknya adalah pencarian minat terhadap suatu pekerjaan. Seringkali remaja dihadapkan pada banyak pilihan. Dengan banyaknya pilihan tersebut, membuat remaja menjadi bingung dalam menentukan pilihan. Tak jarang, bagi remaja yang mempunyai sifat pengekor (follower), akhirnya hanya mengikuti yang menjadi minat teman-teman sepermainan saja. Padahal, pilihan dari kebanyakan temannya belum tentu sesuai dengan kemampuan dan minat yang ada pada dirinya. 

Selain teman, keluarga (orangtua) merupakan faktor yang dominan untuk membimbing remaja untuk memilih pilihan yang bukan atau tidak sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Dari hasil pengalaman, banyak orangtua yang “menyarankan” (dibaca: memaksa) anaknya untuk mengikuti keinginan mereka, dengan berbagai macam motivasi. Seperti misalnya, orangtua “menyarankan” anaknya untuk masuk Fakultas Kedokteran untuk memenuhi keinginan mereka yang tidak tercapai pada masa lalunya. Atau “menyarankan” anak untuk masuk jurusan IPA karena lulusan dari jurusan IPA anaknya akan mempunyai banyak pilihan dalam mencari jurusan/fakultas di universitas nanti. Bahkan ditemukan pula sekolah yang menganggap bahwa jurusan IPA / eksakta lebih baik daripada jurusan IPS / sosial. Ironis, karena seharusnya pihak pendidik memberikan informasi yang dapat membantu anak didiknya sehingga mempunyai wawasan yang luas akan masa depannya.

Fenomena tersebut banyak terjadi pada masa remaja dan pada akhirnya, remaja yang mengalami hal tersebut menjadi tertekan, karena banyak diantara mereka menjalankan semuanya itu dengan terpaksa. Akibat lebih lanjut, banyak anak yang kemudian berhenti kuliah ataupun menjadi stres dengan kuliah yang dihadapi. Jika anak mengalami keadaan seperti itu, di satu sisi, ditemukan bahwa orangtua baru merasa menyesal telah “menyarankan” anaknya untuk memenuhi keinginan mereka. Namun di sisi lain, ada orangtua yang malah semakin menekan atupun memojokkan anaknya, dengan alasan klasik bahwa mereka (orangtua) merasa anaknya malas belajar.

Amat diyakini bahwa kejadian yang dialami oleh remaja seperti telah diuraikan merupakan pengalaman yang tidak ingin dialami. Lalu, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian tersebut?

Sebenarnya, tiap anak mempunyai potensi untuk berkembang ke arah yang positif. Masing-masing anak mempunyai potensi dan minat yang berbeda-beda, satu sama lainnya. Mereka adalah pribadi yang unik. Namun, seringkali remaja, orangtua, maupun pendidik, kurang menyadari potensi yang ada. Karena potensi yang ada kurang disadari, maka remaja pun menjadi kurang dapat mengembangkan potensi tersebut.

Dengan pemeriksaan psikologis (psikotes) peminatan, remaja dibantu untuk menemukan minat dan kemampuan (bakat) mereka. Dari hasil psikotes peminatan tersebut akan diketahui pula jenis pekerjaan yang sesuai dengan minat remaja tersebut. Selain itu, akan diketahui pula tingkat kecerdasan (IQ), sehingga remaja akan mengetahui kemampuan apa yang menonjol (berkembang) dan juga kemampuan apa yang kurang berkembang atau menjadi titik lemah dalam meraih prestasi belajar. Dari dua aspek tersebut akan dilihat apakah minat yang dimiliki oleh remaja akan didukung dengan kemampuannya atau tidak.

Secara lebih mendalam, akan terlihat juga bagaimana kepribadian remaja dan juga sikap kerjanya ketika berada dalam situasi kerja yang penuh dengan tekanan. Kedua faktor ini menjadi faktor pelengkap dari minat dan kemampuan anak. Dari aspek kepribadian, akan diketahui tentang bagaimana remaja dalam merespon dalam suatu situasi. Sedangkan dari aspek sikap kerja, maka akan terlihat bagaimana produktivitas, tanggungjawab, dan pengelolaan emosi remaja ketika bekerja dalam situasi kerja yang penuh dengan tekanan.

Dalam pemeriksaan psikotes tersebut, penentuan saran Fakultas atau jenis pekerjaan yang sesuai dengan remaja, adalah dengan cara melihat terlebih dahulu minat anak. Kemudian, dilihat apakah minatnya tersebut didukung oleh kemampuan dasar (intelektual) atau tidak. Sedangkan faktor kepribadian menjadi pelengkap dari faktor minat dan bakat. Misal, dari hasil psikotes, diketahui bahwa seorang remaja mempunyai minat untuk menjadi seorang arsitek, maka dirinya harus didukung oleh bakat (potensi) pada bidang mekanik, hitung menghitung, kemampuan tiga dimensi, dan juga kreativitas. Jika minatnya tersebut didukung oleh sebagian besar potensinya, maka ia akan disarankan untuk masuk Fakultas Teknik Arsitektur. Sebaliknya, jika minat remaja tersebut tidak didukung oleh sebagian kemampuan (bakat)nya, maka ia takkan disarankan untuk masuk ke Fakultas Teknik Arsitektur.

Jadi dalam penentuan saran penjurusan, bukan didasarkan atas keinginan dari remaja (apalagi keinginan orangtua), namun lebih didasarkan pada kesesuaian antara minat dengan bakatnya (kemampuannya) yang terlihat dari hasil psikotes tersebut. Ketika remaja sudah mendapatkan hasil psikotes, hendaknya hasil tersebut dibaca dengan sungguh dan berkonsultasi kepada psikolog untuk mendapatkan penjelasan yang lebih komprehensif tentang hasil psikotes tersebut, juga termasuk ketika ada persoalan lain yang menyertai remaja dalam memilih jurusan.

(Sumber: bethsaidahospitals.com)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

picasion.com

Pages